OPAS (Organisasi Pelajar Antar Sekolah)
Meningkatkan Budaya Demokrasi dan Mencegah Perkelahian Pelajar
Indah Rohmatullah
SMA Negeri 2 Sekayu, Sumatera Selatan
“Perkelahian pelajar” Siapa yang tak kenal dengan kalimat tersebut?
Perkelahian pelajar merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi
dikalangan para pelajar. Perkelahian pelajar tersebut yang melibatkan
banyak orang untuk membantu melakukan perlawanan kepada pelajar lain dan
dilakukan di luar sekolah, biasanya perkelahian tersebut bukan dengan
teman satu sekolah tetapi dengan sekolah lain.
Di Indonesia, khususnya di daerah kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan tidak jarang terjadi perkelahian pelajar. Kenapa hal ini bisa terjadi ? Hal ini bisa terjadi karena ada rasa tidak senang, sebagai contoh di salah satu Sekolah Menengah Atas yang A dengan yang B (penulis tidak dapat menyebut nama sekolah, penulis hanya menyamarkan) karena baik dari SMA A maupun SMA B memiliki prestasi yang cukup bagus dalam meraih prestasi. Prestasi itu bisa dilihat dari banyaknya piala / penghargaan yang diraihnya di berbagai kegiatan, hal ini dapat membuat rasa tidak senang kepada salah satu sekolah yang memiliki prestasi yang sangat menonjol daripada sekolahnya. Rasa iri hati juga menjadi pedoman sebagai terjadinya suatu konflik sosial yaitu suatu perkelahian pelajar, hal ini juga bisa terjadi karena masalah status sosial dari salah satu sekolahan tersebut.
Di Indonesia, khususnya di daerah kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan tidak jarang terjadi perkelahian pelajar. Kenapa hal ini bisa terjadi ? Hal ini bisa terjadi karena ada rasa tidak senang, sebagai contoh di salah satu Sekolah Menengah Atas yang A dengan yang B (penulis tidak dapat menyebut nama sekolah, penulis hanya menyamarkan) karena baik dari SMA A maupun SMA B memiliki prestasi yang cukup bagus dalam meraih prestasi. Prestasi itu bisa dilihat dari banyaknya piala / penghargaan yang diraihnya di berbagai kegiatan, hal ini dapat membuat rasa tidak senang kepada salah satu sekolah yang memiliki prestasi yang sangat menonjol daripada sekolahnya. Rasa iri hati juga menjadi pedoman sebagai terjadinya suatu konflik sosial yaitu suatu perkelahian pelajar, hal ini juga bisa terjadi karena masalah status sosial dari salah satu sekolahan tersebut.
Dalam masalah perkelahian antar pelajar tersebut kita menggunakan
teori dari CHARLES TILLY dalam hal REVOLUSI. Menurut Charles Tilly,
revolusi adalah perkembangan dari suatu gerakan kecil menjadi gerakan
besar atau collective action, yang disebabkan oleh salah satu faktor,
yaitu faktor organisasi. Semakin rapi organisasi maka collective actionnya akan semakin kuat, hal ini terjadi apabila organisasi-organisasi kecil bergabung / bersatu menjadi organisasi.1
Organisasi adalah media untuk mengembangkan potensi para anggotanya
dengan memiliki tujuan yang jelas dan tegas yang menjadi arah dalam
setiap langkah organisasi. Di sekolah menengah yaitu Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas ada OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah) yang mana OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang
terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki
seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah.
OSIS sebagai satu-satunya wadah organisasi yang sah di sekolah, tidak
mempunyai hubungan organisasi dengan OSIS di sekolah lain dan tidak
menjadi bagian dari organisasi lain yang ada di luar sekolah. Dalam
pelaksanaan pengelolaan OSIS itu sendiri, dikelola oleh masing-masing
sekolah dengan berpedoman kepada pola-pola dan langkah-langkah yang
telah digariskan.2
Dalam Pelaksanaan budaya demokrasi yang umumnya diterapkan di sekolah
adalah melalui OSIS, pemilihan kepengurusan OSIS. Dimana OSIS adalah
suatu wadah organisasi yang diperuntukkan untuk siswa. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran nyata dalam berpolitik
secara demokratis pada tataran sekolah. Pelaksanaan pemilihan
kepengurusan OSIS sudah menerapkan budaya demokrasi dengan baik. Hal ini
terlihat dari pelaksanaan pemilihan yang berasaskan luber dan jurdil
serta pelaksanaan yang mencerminkan kultur/ budaya demokrasi.3
——————
- https://jurnalsrigunting.com/tag/sekolah/
- http://ilanglangk.blogspot.com/
- http://khoiriyatulanifah.blogspot.com/2013/12/budaya-demokrasi-di-lingkungan-sekolah.html
Dikarenakan dari semua masalah dan fakta, penulis memiliki ide
kreatif untuk mengatasi masalah yang ada. Jika disetiap sekolah ada
OSIS, disini penulis memiliki ide yang mana salah satu pengaplikasiannya
adalah dengan cara menyatukan OSIS yang ada disetiap sekolah yang
penulis sebut dengan OPAS (Organisasi Pelajar Antar Sekolah) untuk
melakukan pertemuan yang berguna untuk saling bertukar wawasan dari
setiap OSIS tiap-tiap sekolah. Dengan adanya program OPAS ini diharapkan
dapat mencegah terjadinya perkelahian pelajar antar sekolah, selain itu
program OPAS ini juga dapat meningkatkan budaya demokrasi pelajar.
Organisasi yang bergerak diluar lingkup sekolah ini penulis ciptakan
dengan tujuan untuk menjalin tali silaturahmi antar organisasi serta
mengembangkan dan mewujudkan nilai keterampilan, kepemimpinan, kesegaran
jasmani, daya kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian, budi pekerti
luhur serta meningkatkan kemampuan berorganisasi.
Himpunan Pengurus Organisasi Pelajar Antar Sekolah yaitu merupakan
gabungan dari beberapa pengurus OSIS disetiap sekolah guna sebagai wadah
dalam pemecahan masalah, peningkatan mutu dan fungsi OSIS di setiap
sekolah.
Dalam sebuah organisasi akan terdapat banyak orang yang memiliki pendapat
berbeda. Satu kepala satu ide, seribu kepala seribu ide. Jadi, adanya OPAS ini pelajar-pelajar Sekolah Menengah akan lebih bisa menghidupkan budaya-budaya demokrasi, semakin banyak ide-ide kreatif pelajar dalam memajukan pendidikan, bersosialisai dengan banyak teman, dan masih banyak lagi.
berbeda. Satu kepala satu ide, seribu kepala seribu ide. Jadi, adanya OPAS ini pelajar-pelajar Sekolah Menengah akan lebih bisa menghidupkan budaya-budaya demokrasi, semakin banyak ide-ide kreatif pelajar dalam memajukan pendidikan, bersosialisai dengan banyak teman, dan masih banyak lagi.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam jiwa seseorang dan
merupakan buah dari keputusan untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi
dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sosial maupun lingkungan
pekerjaan, bahkan bagi negerinya. Khususnya yang menyangkut kelembagaan,
kepemimpinan harus ada regenerasi agar tidak terjadi kekosongan.4
——————
- http://sma11jogja.sch.id/articles/read/pemilihan-calon-ketua-osis-caketos-sma-negeri-11-yogyakarta
Oleh karena itu, diperlukan seleksi yang benar-benar murni dalam
pemilihan OSIS di setiap sekolah menengah. Adapun tahapan-tahapan
tersebut adalah :
- Seleksi calon anggota OSIS disetiap sekolah menengah yang dilakukan oleh anggota OSIS masa bakti dan pembina OSIS sebelumnya.
- Pemilihan calon anggota OSIS baru yang dilakukan secara demokrasi seperti yang dilakukan di TPU ketika pemilu.
- Pelantikan calon anggota OSIS baru.
- Setelah calon anggota OSIS sah menjadi anggota OSIS baru, anggota OSIS baru menyiapkan program-program OSIS disetiap bidang.
Setelah pembentukan OSIS baru, selanjutnya anggota OSIS tersebut
melakukan perundingan dengan OSIS sekolah lain, dan membuat program
kerja OPAS, agar OPAS terjalan dengan lancar. Program kerja disusun
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1) Pembentukan tim penyusun program kerja OPAS yang terdiri dari :
a) Pengurus Mingguan OPAS
b) Pengurus Seksi Bidang OPAS
c) Para anggota OPAS
2) Musyawarah Tim Penyusun tentang penyusunan program kerja OPAS
3) Rapat Pengajuan program kerja OPAS Bersama Bapak dan Ibu Pembina
OSIS setiap sekolah.
4) Pengesahan program kerja pleh Pembina OSIS setiap sekolah.
Dalam kegiatan organisasi, setiap pengambilan keputusan pun hendaknya
dilakukan dengan menerapkan budaya demokratis. Permusyawaratan
hendaknya dijalankan dengan tertib, teratur, dan menampung semua
aspirasi peserta musyawarah. Di dalam musyawarah, hendakya diutamakan
upaya mencapai kesepakatan, agar dapat diterima oleh semua pihak.
Pengendalian diri juga menjadi unsur penting dari budaya demokrasi.
Karena itu, sama halnya dengan demokrasi, sikap mengendalikan diri diri
juga harus menjadi jalan hidup, atau prinsip yang menjiwai tindakan kita
dalam segala bidang kehidupan. Sikap mengendalikan diri juga dapat
dipelajari, dibiasakan dan perlu untuk kita kembangkan. Kita perlu
belajar secara sungguh-sungguh dan berupaya keras membiasakan diri agar
selalu bersikap dan berperilaku terkendali.
Sekolah merupakan tonggak dasar penanaman budaya demokrasi bagi
generasi penerus bangsa, karena di sinilah mereka bertemu dengan
berbagai macam pikiran-pikiran, watak, karakter, budaya, dan agama.
Melalui OSIS yang merupakan wadah organisasi yang diperuntukkan untuk
siswa dan dalam kegiatan OSIS sendiri itu sudah bisa mencerminkan kultur
budaya demokrasi khususnya dalam ruang lingkup sekolah.
Semua orang tahu berbagi itu indah, indah bagi penerimanya dan juga
indah bagi yang memberi. Keindahan apakah itu ? Keindahan jiwa, jiwa
yang besar yang ingin orang disekitarnya bisa seperti dirinya dengan
membagikan ilmu yang dia punya. Mengapa harus berbagi ?
Masing-masing agama juga mengajarkan untuk berbagi ilmu kepada sesama
khususnya agama Islam. Di dalam Islam ada hadits yang mengatakan “Allah akan memberikan cahaya yang berkilauan pada seseorang yang telah mendengar ajaranku, lalu disampaikannya kepada yang lain sebagaimana yang didengarnya. Adakalanya orang yang disampaikan kepadanya lebih mengerti daripada pendengar itu sendiri. (H.R Ahmad).5
Dengan membagikan ilmu yang kita punya, berarti sekaligus kita sedang
menambah ilmu baru yang terkadang tidak terpikirkan sebelumnya.
Pengalaman penulis sendiri sering hal-hal unik, baru dan tidak pernah
terpikirkan dan itu hanya terjadi jika kita memberikan ilmu kita kepada
orang lain.
——————
- http://aan berbagiilmu.blogspot.com/2012/07/kumpulan-hadits-rasulullah-saw-kata.html
Jika kita hanya menyimpan ilmu yang kita memiliki, ilmu kita tidak
berkembang, bertambah mungkin ia, tetapi tidak sehebat orang yang mau
berbagi ilmu.
Oleh karena itu pembangunan wadah pembinaan generasi muda di
lingkungan antar sekolah yang diterapkan melalui Organisasi Pelajar
Antar Sekoah (OPAS) perlu dilaksanakan dan ditata secara terarah dan
teratur.
Setelah penulis menyelesaikan tulisannya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Perkelahian pelajar merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi dikalangan para pelajar. Hal ini bisa terjadi karena ada rasa tidak senang dan rasa iri hati dikarenakan persaingan prestasi setiaap sekolah hal ini juga bisa terjadi karena masalah status sosial dari salah satu sekolahan tersebut.
- Sekolah merupakan tonggak dasar penanaman budaya demokrasi bagi generasi penerus bangsa, karena di sinilah mereka bertemu dengan berbagai macam pikiran-pikiran, watak, karakter, budaya, dan agama.
- Menurut Charles Tilly, revolusi adalah perkembangan dari suatu gerakan kecil menjadi gerakan besar atau collective action, yang disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu faktor organisasi. Semakin rapi organisasi maka collective actionnya akan semakin kuat, hal ini terjadi apabila organisasi-organisasi kecil bergabung / bersatu menjadi organisasi. Maka diperlukan penyatuan organisasi-organisai antar sekolah yang penulis aplikasikan dengan penyatuan OSIS antar sekolah yang disebut OPAS.
Melalui tulisan ini, penulis menyarankan agar pihak sekolah dan
pemerintah lebih peduli dengan organisasi-organisasi siswa, khususnya
OSIS. Dihapakan supaya OSIS-OSIS baik di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat lebih dipotensikan dengan cara
mengaplikasikan OPAS yang seperti penulis buat. Karena dengan
dilaksanakannya program OPAS ini, akan membiasakan pelajar dalam
berdemokrasi dengan lebih banyak orang sehingga aspirasi-aspirasi
anggota setiap anggota OSIS dapat ditampung dan dijalankan lebih efektif
dan efesien. Dan juga agar tidak terjadi perkelahian pelajar antar
sekolah yang dapat menurunkan moral dan penghambat kesuksesan pelajar
karena dengan adanya OPAS, para pelajar tersebut akan saling lebih
mengenal dan menjalin tali siraturahmi yang baik.
Author, Indah Rohmatullah
Author, Indah Rohmatullah
0 komentar:
Posting Komentar